Jumlah penduduk Indonesia yang
merupakan penduduk terbesar keempat di dunia, memang belum sebanding
dengan penemuan diberbagai bidang untuk kemaslahatan umat manusia.
Penemu dari Indonesia masih terbilang sedikit, dan masih memerlukan
dukungan pemerintah. Dalam hal ini pemerintah seharusnya memberikan
dukungan dana terhadap penemuan-penemuan tersebut agar dapat
dikembangkan dan dipublikasi lebih luas.
Pada bidang teknologi, orang Indonesia
mulai unjuk gigi bersaing dengan ilmuan lain di dunia. Penemu Indonesia
tidak hanya baru memulai unjuk gigi pada era modern saat ini, tapi telah
sejak lama berkecimpung demi perkembangan teknologi dunia. Para penemu
ini telah andil mengharumkan nama Indonesia dibidang teknologi.
Tulisan ini diharapkan dapat memberi
semangat pada generasi muda Indonesia untuk terus mengembangkan bakat
dan gagasan tentang ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi
masyarakat dunia.
Berikut ini adalah 10 prestasi orang-orang Indonesia
tersebut :
Penemu teknologi 4G ternyata adalah
orang Indonesia. Seperti dikutip dari Bisnis.com, alumni Teknik Elektro
ITB dengan predikat cum laude pada tahun 2000, Khoirul Anwar adalah
penemu teknologi tersebut. Tidak hanya menemukan, ia juga pemilik paten
4G.
Untuk diketahui, Khoirul juga lulusan
Nara Institute of Science and Technology (NAIST) dan memperoleh gelar
master di tahun 2005 serta doktor pada 2008. Ia juga penerima IEEE Best
Student Paper Award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS) 2006, di
California.
Masih dari tulisan Bisnis.com, penemuan
teknologi 4G berbasis OFDM diawalinya dengan ide mengurangi daya
transmisi untuk meningkatkan kecepatan transmisi data. Penurunan daya
dilakukan hingga 5dB saja (100.000 = 10 pangkat 5 kali lebih kecil dari
teknologi sebelumnya) dan hasilnya kecepatan transmisi meningkat.
Pada paten keduanya, Khoirul Anwar
kembali membuat dunia kagum, kali ini adalah menghapus sama sekali guard
interval/GI, tentu saja ini malah membuat frekuensi yang berbeda akan
bertabrakan, alih-alih menambah kecepatan.
Namun, anak Indonesia asli asal Kediri
ini mengkompensasi risiko tersebut dengan mengembangkan algoritma khusus
di laboratorium, hasilnya interferensi tersebut dapat diatasi dengan
unjuk kerja yang sama seperti sistem biasa dengan adanya GI.
Asisten Professor di JAIST ini masih
terus mengasah kemampuannya. Meski berprestasi cemerlang di Jepang,
Khoirul Anwar menyimpan keinginan untuk kembali ke Indonesia jika telah
menjadi salah satu tokoh terkemuka di bidang telekomunikasi.
Prestasi Indonesia lainnya dibidang
teknologi ialah dengan membangun dan mendesain satelit sendiri yakni
satelit INASAT-1. Satelit ini adalah Nano Hexagonal Satelit yang dibuat
dan didesain sendiri oleh Indonesia untuk pertama kalinya.
Seperti dikutip dari Wikipedia.Org,
INASAT-1 merupakan satelit metodologi penginderaan untuk memotret cuaca
buatan LAPAN. Selain itu INASAT-1 adalah satelit Nano alias satelit yang
menggunakan komponen elektronik berukuran kecil, dengan berat sekitar
10-15 kg. Satelit itu dirancang dengan misi untuk mengumpulkan data yang
berhubungan erat dengan data lingkungan (berupa fluks magnet
didefinisikan sebagai muatan ilmiah) maupun housekeeping yang digunakan
untuk mempelajari dinamika gerak serta penampilan sistem satelit.
Adapun satelit itu dirancang bersama
oleh PT Dirgantara Indonesia dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional (LAPAN), khususnya Pusat Teknologi Elektronika (Pustek)
Dirgantara. Berbekal nota kesepakatan antara LAPAN, Dirgantara
Indonesia, serta dukungan dana dari Riset Unggulan Kemandirian
Kedirgantaraan 2003, maka dimulailah rancangan satelit Nano dengan nama
Inasat-1 (Indonesia Nano Satelit-1).
Dari segi dinamika gerak akan diketahui melalui pemasangan sensor gyrorate
tiga sumbu, sehingga dalam perjalanannya akan diketahui bagaimana
perilaku geraknya. Penelitian dinamika gerak ini menjadi hal yang
menarik untuk satelit-satelit ukuran Nano yang terbang dengan ketinggian
antara 600-800 km.
Dulu, satu unit pesawat terbang harus
dinavigasi oleh 3 sampai 4 orang pilot dan co-pilot. Namun, sejak adanya
penemuan penyederhanaan cockpit, pesawat terbang hanya perlu dipiloti
oleh dua orang saja.
Adalah Wiweko Soepono yang dikenal
sebagai penemu pesawat komersil two-man cockpit yang diterapkan pabrik
Airbus Industrie. Pesawat pertama kokpit dua awak (crew) adalah Airbus
A300-B4 FFCC (Forward Facing Crew Cockpit), cikal bakal pesawat glass cockpit berawak dua yang digunakan hingga sekarang.
Mengutip tulisan Wikipedia.Org, pria kelahiran Blitar, Jawa Timur
pada 18 Januari 1923 dan meninggal di Jakarta, 8 September 2000 pada
umur 77 tahun ini dulunya adalah direktur utama Garuda Indonesia pada
periode 1968-1984. Pesawat pertama kokpit dua awak (crew) di dunia
adalah Airbus A300-B4 FFCC (Forward Facing Crew Cockpit).
Dalam perjalanannya sebagai direktur
utama Garuda Indonesia, Wiweko sering menerbangkan pesawat armadanya
sendiri. Pengalamannya menerbangkan pesawat mesin ganda baling-baling
Beechcraft Super H-18 Desember 1965 trans-Pasifik seorang diri dari
pabrik Beechcraft di Wichita (Kansas) via Oakland, Amerika Serikat (7
Desember) ke Jakarta sehingga Wiweko mengusulkan agar pesawat Super H-18
mempergunakan sistem intergrity untuk one pilot operation dan diterima
oleh perusahaan Beechcraft.
Pengalaman inilah yang membuat dirinya
bersama staf Airbus Industrie, eksekutif perusahaan Roger Beteille,
pilot uji Pierre Baud, serta staf lainnya membuat konsep penerbangan
dengan dua awak pesawat. Konsep ini dibuat setelah uji coba dengan
pesawat Airbus Airbus A-300B-4 memperlihatkan peran flight engineer yang
tidak terlalu banyak. Dengan mengeliminir flight engineer dan mengubah
setting layout cockpit pesawat, maka diperoleh konsep FFCC (Forward
Facing Crew Cockpit) yang memungkinkan pesawat kelas jumbo hanya
diterbangkan oleh dua awak pesawat.
Konsep FFCC sangat ditentang pada saat
itu, baik di dalam maupun di luar negeri. Namun kini konsep itu
disempurnakan menjadi glass cockpit yang menjadi standar untuk pesawat
sipil. Boeing yang semula menentang akhirnya menggunakan teknologi ini
pada pesawat Boeing 747 400 dan Boeing 777. Nama glass cockpit juga
dikenal sebagai Garuda cockpit yang sebelumnya dinamakan Wiweko cockpit.
Garuda Indonesia tercatat mengoperasikan
9 pesawat jenis ini (A 300 B4 FFCC), salah satunya jatuh di Sibolangit,
Sumatera Utara pada tahun 1997. Pada akhirnya untuk menyehatkan
keuangan perusahaan (dan mengikuti perkembangan teknologi), pesawat ini
kemudian dijual untuk menyehatkan perusahaan meskipun menurut R.J.
Salatun, setidaknya ada salah satu yang dijadikan museum.
Adalah Prof. Nelson Tansu, Ph.D penemu
dan pemegang paten dibidang semiconductor nanostructure optoelectronics
devices dan high power semiconductor lasers. Penemuan tersebut sangat
membantu dunia kesehatan dan kedokteran. Pria kelahiran Medan, Sumatera
Utara pada tanggal 20 Oktober 1977 ini juga dikenal sebagai profesor
termuda asal Indonesia di Amerika Serikat.
Nelson merupakan lulusan terbaik SMU
Sutomo 1 Medan pada tahun 1995 dan juga pernah menjadi finalis Tim
Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI). Namanya yang unik dan tidak
mencirikan nama Indonesia sempat dikira sebagai orang Turki dan Jepang.
Dugaan itu muncul jika dikaitkan dengan hubungan famili Tansu Ciller,
mantan perdana menteri (PM) Turki. Beberapa netters malah tidak
segan-segan mencantumkan nama dan kiprah Nelson ke dalam blog/website
Turki sebagai orang Turki. Seolah-olah mereka yakin betul bahwa
fisikawan belia yang mulai berkibar di lingkaran akademisi AS itu memang
berasal dari negerinya Kemal Ataturk.
Ada pula yang mengira bahwa Nelson
adalah orang Asia Timur, tepatnya Jepang atau Tiongkok. Yang lebih seru,
beberapa universitas di Jepang malah terang-terangan melamar Nelson dan
meminta dia “kembali” mengajar di Jepang.
Nelson yang sekarang menjadi profesor di
universitas ternama Amerika, Lehigh University, Pensilvania dan
mengajar para mahasiswa di tingkat master (S-2), doktor (S-3) dan post
doctoral Departemen Teknik Elektro dan Komputer.
Lebih dari 84 hasil riset maupun karya
tulisnya telah dipublikasikan di berbagai konferensi dan jurnal ilmiah
internasional. Ia juga sering diundang menjadi pembicara utama di
berbagai seminar, konferensi dan pertemuan intelektual, baik di berbagai
kota di AS dan luar AS seperti Kanada, Eropa dan Asia. Prof Nelson
telah memperoleh 11 penghargaan dan tiga hak paten atas penemuan
risetnya.
Ada tiga penemuan ilmiahnya yang telah
dipatenkan di AS, yakni bidang semiconductor nanostructure
optoelectronics devices dan high power semiconductor lasers. (sumber : kolombiografi.blogspot.com)
Doktor dari The Graduate School of Marine Science and Engineering Nagasaki University, Jepang (1993), ini adalah penemu teknologi kapal ikan bersirip. Temuan pria bernama lengkap Prof. Dr. Ir. Alex Kawilarang Warouw Masengi, MSc kelahiran Desa Kinilou, Tomohon, 13 Juni 1958, ini sudah dipatenkan di Jepang.
Suami dari Ixchel Peibie Mandagie MSi
(juga dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat), ini diilhami
ikan terbang dalam menemukan teknologi perkapalan tersebut. Ikan itu
dapat terbang jauh bagaikan pesawat udara yang
melayang rendah di atas permukaan air laut.
melayang rendah di atas permukaan air laut.
Dia tertarik ketika mengamati bentuk
tubuh dan sirip ikan terbang antoni (torani). Ikan itu dapat melayang di
atas permukaan air laut. Tubuhnya terangkat melalui pergerakan sirip
yang relatif panjang dan dorongan pergerakan tubuhnya sendiri. Pakar
teknik perkapalan perikanan ini mengamati ikan antoni memiliki bentuk
tubuh yang relatif unik, mulai dari kepala, badannya yang montok,
pergelangan ekornya serta seluruh siripnya. Bentuk tubuh dan sifat-sifat
khas ikan antoni itulah yang ia terapkan ke dalam desain badan kapal
ikan, berikut pemasangan sirip pada bagian lambung kapal. Hasilnya,
tingkat kestabilan kapal ikan relatif menjadi lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan jenis kapal ikan lain. (sumber : TokohIndonesia.com)
dibandingkan dengan jenis kapal ikan lain. (sumber : TokohIndonesia.com)
6. Penemuan Konstruksi Pondasi Cakar Ayam
Prof Dr Ir Sedijatmo tahun 1961 ketika
sebagai pejabat PLN harus mendirikan 7 menara listrik tegangan tinggi di
daerah rawa-rawa Ancol Jakarta. Dengan susah payah, 2 menara berhasil
didirikan dengan sistem pondasi konvensional, sedangkan sisa yang 5 lagi
masih terbengkelai. Menara ini untuk menyalurkan listrik dan pusat
tenaga listrik di Tanjung Priok ke Gelanggang Olah Raga Senayan dimana
akan diselenggarakan pesta olah raga Asian Games 1962.
Oleh Sedijatmo, hasil temuannya itu diberi nama sistem pondasi cakar ayam. Menara tersebut dapat diselesaikan tepat pada waktunya, dan tetap kokoh berdiri di daerah Ancol yang sekarang sudah menjadi ka wasan industri. Bagi daerah yang bertanah lembek, pondasi cakar ayam tidak hanya cocok untuk mendirikan gedung, tapi juga untuk membuat jalan dan landasan. Satu keuntungan lagi, sistem ini tidak memerlukan sistem drainase dan sambungan kembang susut. (wikipedia.org)
7. Pesawat N 250
Pesawat N-250 adalah pesawat regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (Sekarang PT Dirgantara Indonesia, PT DI, Indonesian Aerospace),
Indonesia. Menggunakan kode N yang berarti Nusantara menunjukkan bahwa
desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia atau bahkan
Nurtanio, yang merupakan pendiri dan perintis industri penerbangan di
Indonesia. berbeda dengan pesawat sebelumnya seperti CN-235 dimana kode
CN menunjukkan CASA-Nusantara atau CASA-Nurtanio, yang berarti pesawat
itu dikerjakan secara patungan antara perusahaan CASA Spanyol dengan
IPTN.
Pertimbangan B.J. Habibie untuk memproduksi pesawat itu (sekalipun sekarang dia bukan direktur IPTN) adalah diantaranya karena salah satu pesawat saingannya Fokker F-50 sudah tidak diproduksi lagi sejak keluaran perdananya 1985, karena perusahaan industrinya, Fokker Aviation di Belanda dinyatakan gulung tikar pada tahun 1996. (Wikipedia.Org)
8. Teori Crack Progression Oleh BJ Habibie
Kulit luarnya bisa saja terlihat halus
mulus tanpa cacat. Tapi siapa tahu, sisi dalamnya keropos.
Ketidakpastian inilah yang dihadapi industri pesawat terbang sampai 40
tahun lalu. Pemakai dan produsen sama-sama tidak tahu persis, sejauh
mana bodi pesawat terbang masih andal dioperasikan. Akibatnya memang
bisa fatal. Pada awal 1960-an, musibah pesawat terbang masih sering
terjadi karena kerusakan konstruksi yang tak terdeteksi. Kelelahan
(fatique) pada bodi masih sulit dideteksi dengan keterbatasan perkakas.
Belum ada pemindai dengan sensor laser yang didukung unit pengolah data
komputer, untuk mengatasi persoalan rawan ini.
Titik rawan kelelahan ini biasanya pada
sambungan antara sayap dan badan pesawat terbang atau antara sayap dan
dudukan mesin. Elemen inilah yang mengalami guncangan keras dan
terus-menerus, baik ketika tubuhnya lepas landas maupun mendarat. Ketika
lepas landas, sambungannya menerima tekanan udara (uplift) yang besar.
Ketika menyentuh landasan, bagian ini pula yang menanggung empasan tubuh
pesawat. Kelelahan logam pun terjadi, dan itu awal dari keretakan
(crack).
Titik rambat, yang kadang mulai dari
ukuran 0,005 milimeter itu terus merambat. Semakin hari kian memanjang
dan bercabang-cabang. Kalau tidak terdeteksi, taruhannya mahal, karena
sayap bisa sontak patah saat pesawat tinggal landas. Dunia penerbangan
tentu amat peduli, apalagi saat itu pula mesin-mesin pesawat mulai
berganti dari propeller ke jet. Potensi fatique makin besar.
Pada saat itulah muncul anak muda jenius
yang mencoba menawarkan solusi. Usianya baru 32 tahun. Postur tubuhnya
kecil namun pembawaannya sangat enerjik. Dialah Dr. Ing. Bacharuddin
Jusuf Habibie, laki-laki kelahiran Pare-pare, Sulawesi Selatan, pada 25
Juni 1936.
Habibie-lah yang kemudian menemukan
bagaimana rambatan titik crack itu bekerja. Perhitungannya sungguh
rinci, sampai pada hitungan atomnya. Oleh dunia penerbangan, teori
Habibie ini lantas dinamakan crack progression. Dari sinilah Habibie
mendapat julukan sebagai Mr. Crack. Tentunya teori ini membuat pesawat
lebih aman. Tidak saja bisa menghindari risiko pesawat jatuh, tetapi
juga membuat pemeliharaannya lebih mudah dan murah. (jaist.ac.jp)
9. Penemu Teknik Pemisahan Cairan dalam Kecepatan Tinggi
Prof Dr. Rahmiana Zein adalah penemu
teknik kromatografi tercepat di dunia. Keberhasilan ini diperoleh istri
Prof. Dr. Edison Munaf, Pembantu Rektor II Universitas Andalas itu saat
penelitian untuk disertasi doktor bidang kimia dibawah bimbingan Prof.
Toyohide Takeuchi, di Universitas Gipu, Jepang pada 1998. Kromatografi
memang bukan ilmu baru. Pemisahan senyawa kimia memanfaatkan interaksi
antara pelarut, sampel yang akan dipisahkan, fase diam (stationary
phase) dan fase bergerak (mobile phase) ini telah berkembang seabad
silam. Setelah T. Swett berhasil memisahkan zat warna dedaunan tahun
1903.
“Pisau pembedah” senyawa kimia yang
cepat dan simultan ini terus berkembang ke bidang lain. Terutama ilmu
kedokteran, pertanian, peternakan, biologi dan lingkungan. Izmailov dan
Schaiber misalnya, pada 1938 menggunakan teknik ini untuk memisahkan
senyawa lapisan tipis. Lalu Martin dan James, tahun 1952, memakainya
untuk membedah senyawa gas. Namun jika sebelumnya para peneliti perlu
waktu antara 1.000 dan 100 menit, adik kandung Mayor Jendral
(purnawirawan) Kivlan Zein itu hanya butuh 10 menit. (Jaist.ac.jp)
10.Teori 23 Kromosom
Dr. Joe Hin Tjio, seorang ahli
Cytogenetics asal Indonesia menemukan fakta bahwa kromosom manusia
berjumlah 23 buah. Melalui penelitian di laboratorium Institute of
Genetics of Sweden’s University of Lund, temuannya berhasil mematahkan
keyakinan para ahli genetika bahwa jumlah kromosom adalah 24 buah. Ia
berhasil menghitung jumlah kromosom dengan tepat setelah menyempurnakan
teknik pemisahan kromosom manusia pada preparat gelas yang dikembangkan
Dr. T.C. Hsu di Texas University, AS.
http://amenroom.com/top-ten/10-prestasi-indonesia-dibidang-teknologi.html
0 komentar:
Posting Komentar