Jangan kaget dan heran jika suatu saat Anda menemukan sebuah gereja dengan simbol-simbol berbahasa Arab, yang biasanya ditemui pada masjid dan mushala. Mereka juga melakukan shalat (dengan istilah shalat juga), berjilbab atau berbaju muslim dengan jubah atau peci, berbahasa arab, kaligrafi arab, dan lainnya yang sangat mirip dengan budaya Islam. Itulah sekte Kristen Ortodoks Syria, selanjutnya kita singkat dengan (KOS).
Yang membedakan dengan umat Islam terletak pada cara shalatnya. Juga kitab suci yang dipakainya. Mereka melakukan gerakan tanda salib dan membaca Bibel dalam ibadahnya.
Lambang-lambang keagamaannya hampir mirip dengan Islam. Misalnya, untuk bacaan basmalah, mereka menggunakan:
Bismil ab wal ibn warruhil qudsi al ilah al wahid
Dengan nama Tuhan bapak, anak, dan roh kudus, Tuhan yang satu.
Akan halnya untuk salam, mereka menggunakan salam Ibrani yang berbunyi:
Shalom aleikhem we birkat elohim be shem ha-mashiah
yang artinya kurang lebih sama dengan assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
“Kita hanya mengenal satu Tuhan. Jadi, ada konsep tauhid seperti yang ada dalam Islam.”
Kalimat tauhid ini selalu dibaca dalam shalat mereka yang dikenal dengan nama assab‘us shalawat (tujuh waktu shalat). Memang, mereka mengenal shalat tujuh waktu. Lima waktu sama persis dengan waktu shalat umat Islam. Hanya dua waktu yang berbeda, yaitu pukul 09.00 pagi hari dan pukul 24.00 tengah malam.
“Ini sama dengan shalat dhuha dan tahajud bagi umat Islam.”
Shalat dalam Kristen sebenarnya mengikuti shalat yang berlaku dalam Yahudi, yaitu tiga kali: Petang, pagi, dan tengah hari. Dalam bahasa Ibraninya disebut: ‘Erev wa boker we tsohorayim.
Namun, seperti dimuat Talmud, setelah penghancuran Baitul Maqdis dan eksodus ke Babilonia, ditetapkan satu waktu shalat lagi, yaitu jam kesembilan, yang disebut minhah.
“Menurut hitungan waktu Yahudi, kira-kira pukul tiga petang. Sejajar dengan waktu asar dalam Islam.”
Selanjutnya berkembang menjadi tujuh waktu.
Shalat-shalat mereka adalah :
- shalat sa’atul awwal yang dalam istilah gereja Latin disebut laudes (shalat subuh),
- shalat sa’atuts tsalis atau hora tertia ( shalat dhuha, sekitar pukul 09.00 pagi),
- shalat sa’atus sadis atau hora sexta (setara dengan waktu zhuhur),
- shalat sa’atut tis’ah atau minah atau hora nona (yang setara dengan asar),
- shalat sa’atul ghurub atau verper (shalat maghrib),
- shalat naum, atau virgi (sama dengan shalat isya),
- dan shalat lail atau shalat satar atau copletorium (shalat tengah malam yang dalam Islam dikenal dengan nama tahajud).
Shalat dalam konsep Kristen ini tidak terkait dengan syariah, seperti dalam Islam.
“Melainkan lebih berlandaskan pada keinsafan batin.” Katanya.
Ini, menurut Presbyter Daniel Bambang, dilakukan bukan untuk mencari pahala. Tapi, untuk mengasihi Tuhan.
“Karena, yang menyelamatkan manusia bukan karena perbuatan dan amal baik seseorang, melainkan karena kasih dan karunia Allah.”
Setiap shalat terdiri dari tiga rakaat (satuan gerakan).
- Pada rakaat pertama hanya dilakukan qiyam (berdiri).
- Pada rakaat kedua dilakukan ruku’ dan sujud. Pada saat ruku’ dan sujud ini dilakukan gerakan tanda salib. Dan, doa yang digunakan dalam bahasa Arab, Aram, Yunani, dan Ibrani. Lalu dibacakan pujian (qari’ah) yang dikutip dari kitab Mazmur.
- Pada rakaat ketiga dilakukan pembacaan kanun al-imam, semacam pengakuan kepada Tuhan (syahadat) yang dikenal dalam Gereja Ortodoks.
Tak hanya itu, sebelum shalat ditunaikan. ada semacam azan, panggilan untuk shalat. Dalam panggilan shalat ini ada kalimat yang mirip dalam Islam, misalnya hanya ala shalah (marilah kita shalat). Hayya alas alah bisa am (marilah kita shalat dengan damai). Dan, sebelum acara shalat dilakukan, diawali dengan pembacaan Injil.
* MENGHADAP KE TIMUR
Pada saat shalat, mereka menghadap ke timur, mengikuti tradisi Yesus yang kala itu menghadapkan kiblat shalatnya ke Baitul Maqdis, Jerusalem. Namun, karena Jerusalem hancur, orang-orang Kristen menjadikan tubuh Jesus sendiri sebagai kiblat. Hanya karena tubuh Jesus kini di surga (istiwa all yaminillah), sesuai dengan Ayat Kejadian: 28, yang menyatakan surga di timur, shalat mereka menghadap ke timur.
Tak hanya itu persamaannya dengan Islam. Ternyata mereka juga mengenal Haji. Ibadah Haji ke Palestina ini termasuk ibadah non-sakramen, seperti juga shalat, zakat persepuluhan, serta puasa.
Berdasarkan Kitab Ulangan 16: 16-17 disebutkan hag atau haji dilakukan ke tanah suci Palestina menjelang Pekan Kudus (perayaan Paskah). Tiga kali dalam setahun. Dan. sepulangnya, setiap orang Kristen Ortodoks mendapatkan sertifikat dari Patliauk Jerusalem dengan sebutan hadzi (untuk pria) dan haldzina (untuk wanita).
https://www.facebook.com/notes/suara...57552667612673
0 komentar:
Posting Komentar