CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Minggu, 14 Oktober 2012

Sonita Lontoh, Tokoh Green Technology Indonesia yang Sukses di Amerika



Sonita Lontoh di sela-sela pertemuan Presiden SBY dengan diaspora Indonesia di New York, AS, 27 September 2012. (Jaringnews/Kastorius Sinaga)
Sonita Lontoh di sela-sela pertemuan Presiden SBY dengan diaspora Indonesia di New York, AS, 27 September 2012. (Jaringnews/Kastorius Sinaga)
"Suatu saat nanti, saya akan kembali ke Indonesia."
NEW YORK, Jaringnews.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyempatkan diri menghadiri pertemuan dengan perwakilan masyarakat Indonesia di Amerika Serikat, di sela-sela kunjunganya ke New York, akhir September lalu. Dalam sambutannya, SBY mengungkapkan rasa senangnya ketika mendengar informasi tentang keluarga besar diaspora Indonesia yang tinggal, bekerja dan berprestasi di AS telah berhasil menyelenggarakan Kongres Diaspora Indonesia.

Dalam pertemuan yang berlangsung di Kantor Perwakilan RI di East 38 Street, New York tersebut, turut hadir Sonita Lontoh, seorang diaspora Indonesia di AS. Dia duduk satu meja bersama SBY. Siapa dia?

Mungkin banyak yang masih asing mendengar namanya. Namun di AS, Sonita dikenal kiprahnya dalam bidang green technology alias teknologi hijau. Secara khusus, dia fokus pada bagaimana mengedukasi konsumen mengenai keuntungan dari smart grid untuk membantu mempercepat adopsi global. Dia juga memberi pendampingan hukum untuk memajukan karir perempuan dalam teknologi hijau.

Sonita meraih gelar Master of Engineering dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), dimana dia juga cross-registered di Harvard Business School. Dia meraih gelar MBA dari Kellogg School of Management di Northwestern University, serta gelar sarjana teknik industri dan riset operasi dari University of California Barkeley.

Sonita merupakan mentor profesional untuk program TechWoman, sebuah departemen women-in-technology, yang berada dalam naungan Kementerian Luar Negeri yang dipimpin Hillary Clinton. Program ini mengimplementasikan visi Presiden AS Barack Obama mengenai kolaborasi yang lebih besar antara AS dengan pemimpin komunitas global. Sonita juga berkecimpung dalam Clean Energy Education & Empowerment (C3E), sebuah program inisiatif Departemen Energi AS dan MIT untuk memajukan kepemimpinan profesional perempuan dalam clean energy.

Nah, di sela-sela pertemuan SBY dengan diaspora Indonesia di AS tersebut, Pemimpin Redaksi Jaringnews.com Kastorius Sinaga berkesempatan berbincang-bincang ringan dengan wanita yang meraih penghargaan Global Emerging Leader Under 40 tahun 2012 dari National Association of Asian MBAs di AS ini. Berikut petikannya:

Banyak yang sudah akrab dengan istilah green technology, namun belum mengetahui pasti artinya. Bisa Anda jelaskan?
Secara sederhana, green technology adalah jasa atau produk yang memungkinkan manusia untuk lebih memanfaatkan energi secara efisien. Di saat yang sama, melakukan hal-hal yang menekan polusi hingga seminim mungkin.

Bisa dijelaskan lebih lanjut cara mengaplikasikannya?
Anda tidak perlu menciptakan teknologi sendiri, cukup menggunakan peralatan elektronik seperti televisi, komputer dan lain-lainnya secara efisien dan hemat energi. Bagi yang mampu membangun gedung-gedung tinggi, lakukan dengan memasang bola lampu yang tidak memakan banyak energi dan memiliki elemen berbahaya seperti merkuri.

Kiprah Anda di AS cukup menuai apresiasi, dengan mendapat award dari AS dan Indonesia. Apa tujuan yang hendak Anda capai dengan fokus pada green technology ini?
Memberikan kontribusi kepada masyarakat dalam green technology, yakni misalnya melalui green car dan solar reduable. Selain itu, saya ingin memajukan women leader di bidang teknologi, yang selama ini merupakan sektor yang didominasi laki-laki.

Anda juga memberikan pendampingan hukum bagi karir perempuan dalam bidang green technology. Bisa dijelaskan tentang hal ini?
Penting untuk menampilkan lebih banyak wanita di bidang teknologi, karena kenyataannya saat ini sangat sedikut sekali. Terlebih lagi dalam peran kepemimpinan, wanita itu jumlahnya masih sangat sedikit. Green technology bidang yang bagus untuk wanita, sebuah bidang dimana wanita bisa membawa perubahan.

Sudah berapa lama Anda berkecimpung di dunia green technology ini?
7 tahun. Setelah lulus dari MIT. Saya ingin memberikan kontribusi yang besar ke masyarakat ketimbang menjual sesuatu (produk).

20 tahun Anda berada di AS, tidak ada keinginan kembali ke Indonesia?
Ingin sekali, tetapi suami saya orang Amerika. Tapi saya setiap tahun pulang ke Indonesia, tepatnya Jakarta. Suatu saat nanti, saya akan kembali ke Indonesia untuk lebih mengimplementasikan keahlian yang saya miliki.

Sejauh ini, bagaimana penerapan green technology di Indonesia?
Saat ini, Indonesia belum betul-betul memiliki konvergensi teknologi, ekonomi dan kebijakan yang ideal untuk mengembangkan green technology. Namun, satu hal yang pasti dari Kongres Diaspora di Los Angeles, Juli kemarin, pemerintah kita ingin mereduksi karbon emisi sebesar 26 persen di tahun 2020.

Terakhir kali Anda pulang ke Indonesia, apa tanggapan Anda?
Perkembangannya luar biasa sekarang. Jakarta juga luar biasa. Namun, infrastruktur di Jakarta, dan daerah di Indonesia tentunya, harus diperbaiki. Sumber daya manusia (SDM) juga sangat penting dan harus diperbaiki.

Ada saran untuk pembenahan SDM?
Lewat pendidikan. Sistem pendidikan harus diperbaiki untuk investasi. Sistem pendidikan selama ini terlalu menghafal, bukan mengkritisi dan kreatif. Kurikulum jangan terlalu hafalan, tetapi lebih pada ke kreativitas.

http://jaringnews.com/politik-peristiwa/interview/24829/sonita-lontoh-tokoh-green-technology-indonesia-yang-sukses-di-amerika

0 komentar:

Posting Komentar